JURNALKATA/ Jakarta. – Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Novrizal Tahar meminta masyarakat agar tidak membeli produk-produk dari para produsen yang tidak memiliki komitmen terhadap Extended Producer Responsibility (EPR) atau tanggung jawab untuk menarik kembali bekas kemasan produknya dari masyarakat. Hal itu menurutnya untuk memberikan sanksi kepada para produsen tersebut.
“Sekarang menurut saya, tugas kita semua, teman-teman mahasiswa, alumni UI (Universitas Indonesia), mari kita teriaki produsen-produsen yang nggak komitmen terhadap Extended Producer Responsibility ini. Kita berikan sanksi, nggak kita beli barang-barangnya kalau bisa, sehingga mereka punya komitmen untuk itu,” ujarnya saat memberikan pemaparan di acara World Environment Day 2023 bertajuk “Solution to Plastic Pollution, Collaboration Action Center ILUNI UI” akhir pekan lalu.
Sebelumnya diberitakan, brand audit Komunitas Nol Sampah Surabaya bersama Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) yang dilakukan di muara sungai Wonorejo, Rungkut, Surabaya, pada Februari 2022 lalu berhasil mengumpulkan 10 karung sampah plastik. Community Organizer Nol Sampah Surabaya, Hani Ismail menuturkan 10 karung sampah plastik yang berhasil dikumpulkan di muara sungai Wonorejo itu berasal dari 35 produsen dengan 10 produsen sampah terbanyak. Ke-10 produsen tersebut yakni PT. Wings Surya, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Unilever Indonesia Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, PT. Siantar Top Tbk, PT. Java Prima Abadi, PT. Sinar Sosro, PT. Kaldu Sari Nabati, PT. Santos Jaya Abadi, dan PT. P&G.
Kemudian, ekspedisi Pembela Lautan 2022 yang diadakan Ocean Defender Indonesia pada Agustus 2022 lalu di Pulau Tunda, sebuah pulau kecil yang terletak di Laut Jawa dan sebelah utara Teluk Banten, juga masih menemukan banyaknya sampah plastik yang mencemari sekitar pulau dan bawah laut di daerah itu. Penyumbang sampah plastik terbanyak berasal dari produk Indofood, Wings, dan Mayora.
Secara persentase, Ocean Defender mencatat Indofood menyumbangkan sampah plastik terbanyak yaitu 114 sampah plastik di Pulau Tunda ini atau sebanyak 7,5% dari banyaknya sampah plastik yang dikumpulkan. Penyumbang sampah terbanyak berikutnya adalah Wings dengan 97 sampah plasti atau 6,4, menyusul Mayora sebanyak 88 sampah plastik atau 5,8%, diikuti Unilever 73 sampah plastik atau 4,8% dan PT Santos Jaya Abadi 53 sampah plastik atau 3,5%.
Novrizal menyebutkan komposisi sampah plastik Indonesia terus meningkat. Di mana, pada tahun 1995 komposisinya masih sekitar 9% dari seluruh sampah di Indonesia, namun sekarang sudah di angka 18,2%. “Jadi, meningkat tajam terus walaupun di lima tahun terakhir atau mungkin sekitar satu dekade ini kita juga sangat masif menyampaikan untuk melawan ini semua,” tukasnya.
Menurutnya, salah satu penyebab permasalahan sampah plastik di Indonesia adalah berkembangnya budaya perilaku masyarakat yang menggunakan barang yang sifatnya sekali pakai dan mudah menjadi sampah, dimana sebagian besar barang tersebut terbuat dari plastik. “Sebagian besar sampah yang dibuang dalam kondisi tercampur atau tidak dipilah, sehingga proses pengolahan sampah termasuk sampah plastik belum optimal dan masih banyak yang berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir atau TPA,” ucapnya.
Karena itu, dia pun meminta masyarakat untuk membatasi penggunaan plastik sekali pakai dan memiliki gaya hidup minim sampah melalui pencegahan sampah plastik sekali pakai, belanja tanpa kemasan, dan melakukan pemilahan sampah dari rumah.
Dia juga mengutarakan bahwa berbagai kebijakan seperti Perpres 97 tahun 2017, di mana pada tahun 2025 ditargetkan 100% pengolahan sampah di Indonesia bisa dilakukan dengan baik dan benar, ini masih jauh. Begitu juga dengan pencapaian target Perpres 83 tahun 2018, di mana target untuk bisa mengurangi 70% sampah ke laut sesuai janji Indonesia ke dunia internasional, itu juga masih sulit terpenuhi. “Kemudian kita ada regulasi-regulasi lainnya misalnya terkait dengan Extended Producer Responsibility, di mana produsen itu di hulu punya tanggung jawab sekarang. Jadi, bukan volunteer lagi, tapi mandatory sebenarnya, juga masih belum maksimal,” tuturnya.
Dia mengatakan hasil survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 menunjukkan bahwa dari berbagai persoalan lingkungan, indeks ketidakpedulian paling tinggi itu adalah dalam hal pengelolaan sampah, di mana sebanyak 72% orang Indonesia tidak peduli terhadap sampah. “Ini belum dilakukan lagi surveinya, mudah-mudahan sudah berubah banyak,” ungkapnya.
Dalam mengatasi permasalahan sampah plastik yang tidak mudah terurai secara alami, Novrizal meminta kepada para produsen untuk membangun industrialisasi pengolahan sampahnya sendiri. “Untuk itu perlu intervensi teknologi,” katanya.
Untuk menunjukkan dukungan terhadap pengurangan sampah plastik yang terus meningkat hingga saat ini, Ketua Panitia Acara, Iwan Budisusanto mewajibkan semua ILUNI UI yang ikut dalam acara ini untuk membawa tumbler. “Panitia menyediakan air mineral di galon untuk kebutuhan minum saat acara berlangsung. Apabila air di tumbler habis, silahkan mengisi air dari galon yang telah disediakan panitia,” ujarnya.
@Eko/Rubrikasi.id/rksi/06/2023.
#KLHK #AlumniUI #WorldEnvironmentDay2023