JURNALKATA.NET/ Jakarta. – Kecelakaan yang terjadi di gerbang tol Ciawi harus menjadi koreksi dan evaluasi bagi semua pihak agar tidak terjadi lagi peristiwa yang sama di kemudian hari. Salah satu yang harus dievaluasi adalah penggunaan kartu e-Toll.
Seperti diketahui, banyaknya korban dalam kecelakaan yang terjadi di gerbang pintu tol Ciawi itu karena terjadinya penumpukan atau antrean kendaraan di pintu tol. Hal itu disebabkan terjadinya kesulitan dari salah satu pengendara mobil yang tidak bisa menggunakan kartu e-Tollnya untuk membuka pintu tol.
Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio, mengatakan kecelakaan yang terjadi di gerbang pintu tol Ciawi ini tidak bisa hanya menyalahkan satu pihak saja seperti sopir truk yang mengalami rem blong yang kemudian menabrak semua mobil yang antre di pintu tol. Menurutnya, semua pihak, baik itu Kementerian Perhubungan, Kementerian PUPR, Korlantas, dan pihak Jasa Raharja serta dan para pengemudi kendaraan harus bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa tersebut. “Terjadinya korban yang sangat banyak seperti yang terjadi pada kecelakaan di pintu tol Ciawi ini bisa saja dihindari jika semua pihak mematuhi regulasi yang ada,” ujarnya baru-baru ini.
Karena, di balik terjadinya rem blong truk yang dikendarai sopir truk, menurut Agus, korban kecelakaan menjadi lebih banyak karena terjadinya antrean kendaraan di pintu tolnya yang disebabkan kartu salah satu pengendara tidak bisa digunakan. Karenanya, dia mengingatkan para pengendara agar memeriksa terlebih dulu kartu e-Tollnya sebelum berkendara mengingat tidak ada lagi petugas yang menjaga pintu tolnya. “Harus dari kesadaran kita juga, bahwa kita sudah harus siapkan dana yang cukup segala macam buat lewat tol,” katanya.
Selain itu, kecelakaan yang terjadi itu juga disebabkan masalah regulatornya yang tidak bekerja dengan baik. Menurutnya, ini menyebabkan banyak pihak yang tidak menaati semua peraturan dan menyebabkan banyak terjadinya kecelakaan.
Dia mencontohkan penggunaan kamera ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement), yaitu kamera yang digunakan untuk menangkap pelanggaran lalu lintas di jalan tol yang hingga kini tidak ada kabarnya lagi. Begitu juga dengan penggunaan OBU (On Board Unit) untuk membaca perjalanan kendaraan saat melewati gerbang tol, yang tiba-tiba dihentikan Kementerian PUPR dan menggantinya dengan sistem Multi Lane Free Flow (MLFF) yang menggunakan teknologi Global Navigation Satelit System (GNSS) dari Hongaria. “Tapi, sampai sekarang urusannya ini juga tidak jelas. Jadi mau bagaimana mengurangi kecelakaan di jalan tol?” ucapnya.
Dia juga menyoroti soal pembangunan gerbang tol yang salah. Menurutnya, gerbang tol yang ada saat ini banyak yang terlalu berbelok yang seharusnya dibuat agak sejajar dengan jalan tolnya. Dijelaskan, kondisi seperti itu membuat kendaraan terutama truk sulit untuk melewatinya. “Sudah saya sampaikan juga ke operator agar diperbaiki. Tapi memang itu tergantung lahan, karena bangunnya kadang-kadang juga tidak dihitung dengan baik,” tukasnya.
Banyaknya terjadi kecelakaan di jalan tol itu juga disebabkan tidak dilatih supir-supir truk untuk bisa berkendara dengan baik. “Kan Kementerian Perhubungan dan Dinas Perhubungan itu tugasnya melatih para sopir-sopir itu supaya dapat bersertifikat,” ujarnya.
@Eko/Jurnalkata.Net/JK/02/2025.