JURNALKATA.NET/ Jakarta. – Polemik seputar pencalonan Gibran Rakabuming Raka maju sebagai wakil presiden kubu Prabowo, banyak di bicarakan masyarakat umum dan kalangan politisi maupun pengamat.
Terlebih lagi dengan keputusan dari Mahkamah Konstitusi yang menyebabkan bisa majunya Gibran sebagai calon wakil presiden.
Ketua DPP Partai Golkar, Ace Hasan Syadzily di Jakarta (03/11/23) yang lalu, mengatakan,”bahwa tak ada yang salah dalam pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) dari Prabowo Subianto”.
Beliau membantah pernyataan elite Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang menyebut pencalonan tersebut menabrak konstitusi.
“Tidak ada yang menabrak konstitusi, yang ada adalah bahwa Mas Gibran maju sebagai cawapres karena konstitusi memberikan kesempatan kepada anak muda. Terutama bagi warga negara yang sedang atau telah menjadi kepala daerah,” ujarnya.
Lebih lanjut Ace menjelaskan “Kenyataannya, faktanya adalah bahwa hasil MK memberikan kesempatan kepada siapapun warga negara yang sedang atau telah menjabat kepala daerah dan telah dipilih oleh rakyat untuk menjadi cawapres”.
Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat mengaku kecewa dengan keputusan Gibran Rakabuming Raka yang memutuskan untuk menjadi bakal cawapres dari Prabowo Subianto.
” Keputusan tersebut terlalu terburu-buru bagi anak muda seperti Gibran,” tuturnya.
Menurut Djarot di Jakarta ( 30/10/23) “Saya kecewa sama Mas Gibran, bukan apa-apa, dia anak muda, dia anak muda, tetapi dia tidak punya kesabaran”..
“Padahal, PDIP memiliki mekanisme kaderisasi bagi sosok-sosok yang potensial menjadi pemimpin,” ujarnya.
Semua itu juga harus dilakukan berjenjang dari tingkat bawah hingga kursi kepemimpinan nasional.
“Tidak langsung potong kompas karena ada karpet merah, misalnya ya, suka-sukanya ditabrak, ini contoh-contoh yang tidak bagus menurut saya untuk anak muda. Mohon maaf, contoh tidak bagus,” tambah Djarot.
“Untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih bagus, ini semangat anak muda. Bukan yang mengharapkan privilege,” terangnya.
Ia sendiri mengaku gagal sebagai orang yang membidangi Ideologi dan Kaderisasi di partainya.
Khususnya setelah kasus pembangkangan Gibran yang kini menjadi pendamping Prabowo.
“Saya gagal, saya bersalah, karena saya ini kan Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi, tugas saya adalah membangun ideologi, membangun kaderisasi, menyiapkan kaderisasi melalui Sekolah Partai,” pungkasnya.
@RAN/Jurnalkata.Net/JK/11/2023.